Suka atau tidak suka, pemanasan
global sedang berlangsung saat ini. Ini merupakan sebuah tantangan bagi kita di
abad ke 21, karena pemanasan global akan berdampak pada bagaimana kita hidup
dan bekerja, serta kan menyentuh setiap aspek perekonomian kita dan hidup kita.
Kita sudah tidak hidup di dunia fantasi dimana kita percaya bahwa tidak ada
yang berubah, kita sudah harus menerima apa yang dikatakan para ilmuwan tentang
apa yang telah terjadi di bumi kita.
Berbagai perjanjian internasional
telah dilaksanakan oleh negara-negara di dunia untuk mengurangi emisi karbon
yang ada. Pada tahun 1992 sebanyak 150
negara berkumpul di Rio de Janeiro untuk menghadiri United Nations Conference on Environment and Development, yang kita
kenal dengan Earth Summit. Mereka
semua sepakat dan ikut menandatangani perjanjian yang disebut dengan United Nations Framework Convention on
Climate Change (UNFCCC). Perjanjian ini adalah sebuah bentuk ambisi jangka
panjang dari para negara-negara tersebut untuk mengurangi gas rumah kaca di
atmosfer guna mencegah perubahan iklim.
Pada awalnya para negara
industrialis sepakat untuk mengurangi emisi gas rumah kaca mereka hingga tahun
2000. Namun sebelum seiring perjalanan waktu, Amerika Serikat tidak mampu untuk
memenuhi target dan berusaha untuk menegosiasikan kesepakatan baru untuk untuk
mengekslusikan Amerika Serikat dari kesepakatan tersebut. Lima tahun setelah Earth Summit dilanjutkan dengan Protokol
Kyoto untuk menindaklanjuti langkah-langkah yang telah dihasilkan di Earth Summit. Namun kali ini Amerika
tidak ikut menandatangani kesepakatan tersebut.
Namun ada tulisan menarik dari
Eileen Claussen, President dari Center
for Climate and Energy Solutions, sebuah NGO yang mendedikasikan dalam
penyediaan informasi yang kredibel dan membangun solusi inovatif dalam
permasalahan perubahan iklim global. Dalam tulisaannya yang berjudul “Tackling Climate Change: Five Keys To
Success”, ia menawarkan lima langkah untuk mengatasi tantangan perubahan
iklim.
Kunci pertama untuk mengatasi hal
tersebut adalah kita harus menjalin tanggapan global terhadap permasalahan
perubahan iklim. Seperti telah diketahui bahwa Amerika Serikat bertanggung jawab
atas seperempat dari emisi gas rumah kaca secara global. 15 negara Eropa
bertanggung jawab atas seperempat lainnya dari emisi gas rumah kaca. Sisa dari
emisi global tersebut terbagi dari negara-negara berkembang lainnya, terutama
China dan India yang berkembang dengan sangat cepat. Harus terdapat tuntutan
yang adil terhadap negara-negara industri untuk mengurangi emisi mereka, karena
sebagian sumber emisi karbon baik yang lalu dan sekarang berasal dari
negara-negara ini. Kita harus mengkaji lebih dalam siapa yang bertanggung jawab
atas perubahan iklim, dan siapa yang akan menanggung beban dampaknya, dan kita
harus sampai pada pembagian yang adil atas tanggung jawab ini untuk bisa
mengatasinya. Dengan begitu, akan terbentuk kerangka baru yang mengaitkan
tentang tujuan lingkungan dengan perekonomian dan pembangunan kita. Semua
negara harus dapat. Semua negara harus setuju untuk menetapkan batas karbon
yang mampu mereka terima dan tidak akan menghalangi upaya negara-negara lain
untuk mempertahankan pertumbuhan perekonomiannya.
Kunci sukses yang kedua adalah kita
harus dapat berpikir dari segi tindakan jangka pendek dan jangka panjang. Ada
banyak hal yang bisa kita lakukan sekarang untuk mengurangi emisi karbon, dan
pada saat yang sama, kita perlu melihat ke depan untuk jangka yang lebih
panjang. Tindakan jangka panjang perlu diperhatikan juga, karena untuk mencapai
pengurangan emisi gas rumah kaca diperlukan sebuah inovasi masif untuk
mengganti energi yang berasal dari bahan bakar fosil menjadi sumber energi yang
ramah lingkungan.
Kunci sukses yang ketiga adalah
industri harus dijadikan partner dalam membentuk dan mengimplementasikan solusi
iklim. Menurut pengamatan Claussen, ternyata banyak industri yang berhasil
menerapkan kebijakan pengurangan emisi industri mereka. Keberhasilan ini harus
diapresiasi baik oleh pemerintah maupun masyarakat dan keberhasilan ini dapat
diadvokasikan guna mendorong industri lain untuk menerapkan kebijakan
pengurangan emisi industri mereka.
Kunci sukses yang keempat adalah kita
harus mengadopsi secara nyata tentang tujuan yang wajib untuk dicapai. Tindakan
sukarela saja tidaklah cukup untuk menghadapi tantangan perubahan iklim, untuk
itu dibutuhkan pelibatan dalam spektrum yang lebih luas seperti industri dan
masyarakat. Diperlukan sebuah kebijakan
yang jelas yang mengatur kewajiban untuk mengurangi emisi, dan pada saat
diperlukan kebijaksanaan yang mengatur aturan bisnis yang ramah lingkungan pada
perusahaan. Hal ini perlu dilakukan agar perusahaan menjadi fleksibel untuk mencapai
tujuan-tujuan tersebut dengan biaya seefektif mungkin.
Kunci yang terakhir adalah harus
dilibatkannya Amerika Serikat sebagai bagian integral dari solusi perubahan
iklim. Seperti yang kita ketahui, walaupun Amerika Serikat hanya memiliki 4%
populasi dunia, tapi ia menyumbang hampir sepertiga dari emisi gas rumah kaca
dari seluruh dunia.
Daftar Pustaka:
Walter Sinnott-Armstrong dan Richard B. Howarth (Ed.), Perspectives On Climate Change: Science, Economics, Politics, Ethics (USA: Elseiver, 2005) hlm 181-188
0 comments:
Post a Comment