Thursday, October 31, 2013

Kecantikan yang Tersembunyi, Telaga Menjer di Wonosobo

Wonosobo memang terkenal dengan keindahan alamnya, contohnya adalah Dieng. Siapakah yang tidak mengenal Dieng? Namun daerah Wonosobo terdapat satu telaga yang sering kali terlewati oleh para wisatawan, yaitu Telaga Menjer. Jika dari Wonosobo, tempat ini berada sebelum kita memasuki Kawasan Dieng atau berada di samping PLTA Garung di kaki Gunung Pakuwaja.
Telaga Menjer, Wonosobo
Telaga Menjer termasuk ke dalam telaga/danau vulkanis dan merupakan telaga terbesar di Kabupaten Wonosobo, tempat ini terletak 12 km dari Kota Wonosobo. Saat penulis kesana, Telaga Menjer digunakan sebagai PLTA, tempat budidaya ikan nila, serta sebagai objek wisata. Pemandangan di Telaga Menjer masih sangat asri dan cantik, udara yang sejuk, serta pemandangan pedesaan yang masih tradisional sehingga tempat ini cocok untuk wisatawan yang mencari ketenangan dari hiruk pikuk kota. Derasnya suara aliran sungai dari PLTA berpadu dengan suara-suara alam sekitar menambah cantiknya suasana di Telaga Menjer. Namun sayang, jumlah pengunjung wisatawan yang datang sangat sedikit karena ketidaktahuan para traveler yang mengetahui tempat ini. Selain itu prasarana di Telaga Menjer kurang memadai untuk mendukung para wisatawan dalam menikmati keindahan Telaga Menjer. Telaga Menjer memiliki potensi yang cukup besar menjadi tempat wisata alternatif, selain Dieng, jika pemerintah daerah serius untuk mengerjakannya.

Telaga Menjer, Wonosobo
Telaga Menjer, Wonosobo


Wednesday, October 23, 2013

Situs Megalitikum Gunung Padang: Sebuah Mahakarya Bangsa Indonesia di Masa Lampau

Mungkin sebagian orang sudah mendengar mengenai situs Gunung Padang, ya sebuah penemuan kebudayaan manusia yang cukup fenomenal akhir-akhir ini. Situs Gunung Padang adalah sebuah situs prasejarah peninggalan kebudayaan Megalitikum di Jawa Barat, tepatnya situs ini berada di Desa Karyamukti, Kecamatan Campaka, Kabupaten Cianjur. Situs bangunan ini memiliki luas kurang lebih 900 meter persegi, terletak di ketinggian 885 m dpl, dan luas keseluruhan areal situs ini sekitar 3 ha, menjadikannya sebagai kompleks punden berundak terbesar di Asia Tenggara.

Gerbang Situs Megalitikum Gunung Padang
Setelah mencapai situs ini, kita akan disambut oleh gerbang yang cukup menarik. Situs Megalitikum ini memiliki areal parkir yang cukup luas yang dapat menampung belasan mobil. Kendaraan mobil dan motor hanya diperbolehkan berhenti sampai disini. Selanjutnya untuk mencapai situs bangunan punden berundak masih sekitar 500 meter berupa jalan menanjak. Disini kita diberikan pilihan apakah memilih berjalan kaki atau naik ojek warga sekitar dengan membayar Rp 5.000. Bagi para traveler yang belum terbiasa hiking, penulis menyarankan untuk naik ojek untuk menyimpan tenaga, karena nantinya dibutuhkan tenaga ekstra untuk bisa ke puncak punden berundak di Situs Megalitikum. Selain itu, dengan naik ojek kita juga bisa ikut membantu perekonomian warga sekitar.

Situs Megalitikum Gunung Padang

Setelah membayar tiket masuk, kita disuguhkan oleh pemandangan yang sangat cantik. Situs ini dikelola dengan sangat baik dan terawat, berbeda dengan beberapa destinasi wisata di Indonesia yang sudah cukup kotor. Impresi pertama tentang halaman Situs Megalitikum Gunung Padang sangat indah. Selanjutnya tidak akan puas jika hanya melihat halaman bawah dari situs ini tanpa melihat atasnya. Untuk mencapai mencapai puncak punden berundak ini kita harus melewati jalan setapak yang cukup melelahkan, namun rasa lelah cukup terobati dengan melihat pemandangan sekitar yang indah.


Setelah menaiki anak tangga yang cukup melelahkan, rasa penasaran kita terbayar sudah ketika melihat puncak punden berundak Situs Megalitikum Gunung Padang. Sebuah mahakarya bangsa Indonesia di masa lampau! Tiada kata yang dapat melukiskan keindahan dan kemegahan Situs Megalitikum Gunung Padang. Jika situs ini berhasil diekskavasi dan dipugar, tentu situs ini tidak kalah dengan mahakarya bangsa Indonesia lainnya, seperti Candi Borobudur. Indonesia memiliki kebudayaan yang sangat kaya, sangat disayangkan jika sumber daya ini tidak dioptimalkan oleh negara ini.

Situs Megalitikum Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang

Situs Megalitikum Gunung Padang


Thursday, June 13, 2013

Situs Candi Batujaya, Peninggalan Besar Kerajaan Tarumanegara di Karawang

"Bangsa yang besar adalah bangsa yang menghargai sejarahnya."

Mungkin itu sebuah kutipan sederhana untuk memulai mengenal bangsa besar yang kaya akan sejarah ini. Kali ini penulis akan memulai dari sebuah daerah di sebelah timur Jakarta, Karawang. Siapa yang tidak mengenal Karawang yang terkenal dengan lumbung padi di Jawa Barat - walau sekarang produksi padi di Karawang semakin menurun karena pengalihan fungsi lahan menjadi perumahan dan perindustrian. Namun penulis tidak akan melanjutkan panjang lebar tentang masalah ini.

Di daerah Karawang, tepatnya di Kecamatan Batujaya dan Pakisjaya, terdapat peninggalan sejarah bangsa ini yang menarik untuk kita pelajari, Situs Candi Batujaya. Lokasi percandian ini jika ditempuh menggunakan kendaraan sendiri dan datang dari Jakarta, dapat dicapai dengan mengambil jalan tol Cikampek. Keluar di gerbang tol Karawang Barat dan mengambil jurusan Rengasdengklok. Selanjutnya mengambil jalan ke arah Batujaya di suatu persimpangan. Di daerah ini setidaknya terdapat 11 situs yang telah diteliti dan sampai saat ini masih banyak pertanyaan yang belum terungkap secara pasti mengenai kronologi, sifat keagamaan, bentuk, dan pola percandiannya. Namun setidaknya terdapat dua buah candi yang telah dipugar dan sedang dipugar, yaitu Candi Jiwa dan Candi Blandongan.

Candi Jiwa
Candi Jiwa
Candi Blandongan
Candi Blandongan


Melalui metode isotop Carbon-14, candi Budha ini dibangun pertama kali antara abad ke-6 dan ke-7 dan dilanjutkan abad ke-9 dan ke-10 yang berarti dibangun di bawah kekuasaan Kerajaan Tarumanegara.. Berbeda dengan candi pada umumnya yang terbuat dari batu, kedua candi tersebut terbuat dari lempengan batu bata merah. Keberadaan candi di dekat Sungai Citarum ini memberikan bukti Indonesia dilahirkan lewat rahim orang-orang berbekal teknologi tinggi. 

Namun sayang, kondisi situs kedua candi tersebut tidak mendapatkan perhatian lebih lanjut untuk terus dipugar hingga selesai. Kurangnya dana untuk melakukan pemugaran, seringkali menjadi batu sandungan bagi pemerintah untuk lebih memperhatikan peninggalan bangsa ini. Bukan hal yang tidak mungkin Candi ini akan menjadi terkenal di mancanegara seperti Candi Borobudur dan dapat meningkatkan sektor pariwisata negara ini. Selain itu situs ini juga sangat penting untuk bisa menggali kembali sejarah Indonesia yang besar ini.

Jalan Setapak Menuju Situs Percandian

Pemandangan Sekitar yang Penuh dengan Sawah

Candi Blandongan dari Jauh